Sabtu, 25 September 2010

Tanggapan terhadap tulisan refleksi Jihad aceh

MISI KAMI DAKWAH TAUHID
 (Sebuah tanggapan terhadap tulisan refleksi jihad aceh)
(Ditulis oleh seorang mujahid Tandzim Al-Qoida Indonesia Serambi Mekah)

Asalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…
Segala puji hanya bagi Allah, yang telah memberikan pada kita berbagai nikmat dan karunia serta diberikannya hidayah sebagai pancaran nikmat iman, islam dan takwa diatas jalan jihad fiesabilillah, karena dengan nikmat inilah Allah memuliakan kaum muslimin dan menghinakan orang-orang kafir, Allah memuliakan para wali-Nya dan merendahkan musuh-musuh-Nya. Maka beruntunglah bagi mereka yang teguh dalam iman-islam dan rugilah bagi mereka yang meninggalkannya. Sholawat dan salam  selalu tercurahkan pada panglima para mujahidin dan imam bagi orang-orang yang  bertakwa baginda Muhammad Rasulallah shalallahu alaihi wasallam, yang telah menyampaikan risalah tauhid, sebagai penyelamat bagi seluruh umat manusia.
Ikhwan fillah rahimakumullah. Silah (risalah) ini sebuah tanggapan dan nasehat pada tulisan tentang refleksi jihad Aceh, yang ditulis dalam blog elhakimi, yang isinya terkesan menuduh dan menyalahkan, tanpa terlebih dahulu bertabayyun pada orang-orang yg terlibat langsung dengan i’dad jihad di Aceh (al-qaida serambi mekkah), yang dengan itu berdampak menimbulkan suatu perdebatan, dan bahkan menjadi ajang ghibah dan penyebaran fitnah di kalangan umat. Hal ini sangat disayangkan dan tanggapan ini dibuat agar umat tidak tersesat oleh informasi-informasi yg tidak benar. Apapun teori yg dianut oleh para komentator [1] dalam menilai suatu permainan, tidak akan sangat berpengaruh pada permainan itu, yang jelas komentator adalah penonton dan yang akan lebih tahu ilmu, strategi dan taktik serta kelemahan dan kelebihan dari masing-masing para pemain adalah team dari para pemain itu. Apakah pantas komentator mengevaluasi kinerja suatu team tanpa dia merasa bagian dari team itu?
Dan syukur Alhamdulillah, atas adanya tulisan mengenai refleksi jihad aceh, sebagai semangat saling menasehati dan cinta, seperti apa yang penulis itu tuturkan dalam catatannya. Namun, apalah arti sebuah nasehat dan cinta, kalau tulisan itu tidak didasarkan pada data dan fakta yg benar. Seperti dengan bertabayyun kepada yang bersangkutan.
Jika hal ini terjadi, apakah tidak keliru…? Ketika ada orang menilai dan mengatakan penulis blog ‘elhakimi’ adalah orang yang terkesan menjadikan dakwah sebagai tujuannya dan sebagai kaki-tangan Banu Abbas (Nasyir Abbas), karena mempunyai statemen yg sama dengannya, dan satu suara dengan kata: “Indonesia bukan wilayah konflik (lahan jihad)”[2]. Model dan nada kata-katanya tidak jauh berbeda dengan introgrator densus 88. Tanpa ada tabayyun terlebih dahulu pada yang bersangkutan, sekali lagi apakah hal ini tidak keliru???
Dengan ini untuk menghindari kesalah fahaman yg ditimbulkan akibat penilaian yg keliru oleh penulis blog itu, dan untuk keterbukaan mana yg haq dan mana yg bathil dihadapan umat ini, serta umat mengetahui dengan jelas apa yg sebenarnya yang kami perjuangankan dalam jihad fiesabilillah ini, yang telah disamarkan oleh media-media kufar dan para penikam jihad.
Sungguh matahari akan terus bersinar terang pada setiap hari, sekalipun awan-awan berupaya menyelimuti”. Suatu kemenangan akan kita raih membutuhkan suatu proses dan dlm proses inilah kita dihadapkan dengan berbagai ujian. Dan dengan ujian inilah Allah subhannahu wata’ala, hendak menyaring siapa diantara kita yg benar dlm imannya dan siapa yg dusta, sebagaimana firman-Nya:
“apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan(saja) mengatakan:”kami telah beriman” sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yg sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui, orang-orang benar dan sesungguh Dia mengetahui orang-orang yg dusta
”. (QS.Al-Ankabut:2-3).
Bukankah kewajiban kita hanyalah untuk beramal sholih (ikhtiar) dalam rangka takwa kepada Allah subhannahu wata’ala, adapun masalah hasilnya kita tawakalalallah karena hanya Allah yang berhak menentukan baik atau buruk, menang atau kalah, hasil yang kita raih. Dan segala ketetapan takdir apapun yang menimpa kita itulah yang terbaik bagi kehidupan kita. Dan apa yang kami lakukan di Aceh dalam rangka takwa pada Allah, “persiapkanlah segala sesuatu yg kamu sanggupi…“(QS.Al-Anfal:60).
Inilah ujian yang kami hadapi, jangalah menyikapi ujian ini, seperti orang yang dijelaskan dalam firman-Nya:
jika mereka memperoleh kebaikan, maka mereka mengatakan:”ini dari sisi Allah”dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan:”ini dari sisi Engkau(Muhammad),”katakanlah, “semua datang dari sisi Allah” maka mengapa orang-orang itu(orang-orang munafik), hampir tidak memahami pembicaraan (sedikitpun). ”(QS.An-Nisa:78).
Inilah misi kami Dakwah Tauhid, sebagaimana Allah subhannahu wa ta’ala firmankan:
“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun, sebelum Engkau (Muhammad), melainkan kami wahyukan, bahwa tiada tuhan(yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku“.(QS.Al-Anbiya:25)
Dan Rasulallah shalallahu alaihi wasallah bersabda:
Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, sampai Allah saja yg berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan dijadikan rezekiku berada dibawah bayang-bayang tombakku,dan dijadikan hina dan kerdil orang-orang yg menyelisihi perintahku”.
Dengan dalil diatas akan sangat keliru ketika penulis blog elhakimi, mengesankan kami tidak melakukan dakwah pada umat, untuk kafir (berlepas diri) pada thoghut, dan menumbuhkan semangat jihad serta cinta akan mati syahid. Sangat tidak mungkin bagi kami , meninggalkan dakwah disisi lain kami mempunyai misi dakwah tauhid. Jujurlah dalam menilai, sungguh dengan adanya sekelompok anak muda (Al-Qaida Serambi Mekkah) merupakan hasil dari aktivitas dakwah tauhid, yang dilakukan oleh da’i-da’i yang jujur[3]. Dan tidak sedikit anak muda dari umat ini, yang menyambut dakwah tauhid, mereka berani mengatakan yang haq dihadapan penguasa kafir, mereka mengamalkan jihad fiesabilillah dan mencintai mati syahid sebagai jalan kematiannya. Adapun ketika melihat sedikitnya dukungan masyarakat pada suatu tempat, janganlah dipandang dakwah tauhid tidak dilaksanakan. Akan tetapi inilah suatu proses kemenangan islam yang kita harapkan.
firman-Nya:
“Apabila datang pertolongan Allah, dan kemenangan dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah“(QS.4:1-2).
Ketika Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasallam berdakwah di mekkah selama 13 tahun, sedikit sekali mendapat dukungan dari masyarakatnya, kurang lebih 100 orang pengikutnya. Apakah pantas kita katakan Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasallam, tidak melakukan dakwah tauhid ini…? Sungguh dakwah tauhid ini akan tegak bilamana ditopang dengan pedang. (Baca, QS.Al-Hadid: 25).
Artinya dakwah tauhid ini akan berjalan dan mendapat dukungan yang banyak apabila ditopang dengan amalan jihad fiesabilillah. Dan tidak ada sedikitpun bagi kami menihilkan aktivitas dakwah para da’i tauhid yang jujur, sungguh sangat besar peran serta mereka menumbuhkan kader-kader jihadi yang dilahirkan dari rahim umat yang tulus. Untuk itu kami yang terlahir dari umat islam ini, tidak akan pernah menihilkan peran serta mereka dalam amalan jihad ini.
Alhamdulillah, melimpahnya logistik yang kami terima, ini suatu bukti bahwa umat adalah bagian dari kami, yang mana mereka berperan sesuai dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing dalam memberikan dukungan baik materil maupun moril pada amalan jihad fiesabilillah. Dan apabila ada lontaran tegas dan keras dari sebagian ikhwan kami dalam ceramah-ceramahnya (seperti dalam vidio al-qaida serambi mekkah) terhadap aktivis dakwah, hal ini bukan ditujukan pada para da’i dakwah tauhid, akan tetapi mereka tujukan pada da’i yang menyeru kepada umat untuk bertekuk lutut pada kekafiran (pemerintah kafir), sebagaimana oknum-oknum da’I JI [4], yang tidak mengkafirkan thoghut dan anshornya secara ta’yin[5], seraya melontarkan syubhat-syubhat batil yang diadopsi dari syaikh-syaikh salafy ma’zuum, yang dengannya mereka menganggap sesat para da’i tauhid yang haq lagi mengkafirkan para thogut dan anshornya secara ta’yin, yang mengajak umat berlepas diri dari thoghut itu. Dan inilah suatu
bentuk baro’ah kami pada thogut dan antek-anteknya, sebagaimana firman-Nya: “Engkau(Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yg menentang Allah dan Rasul-Nya…“(QS.Al-Mujadilah:22).
Selanjutnya ada hembusan beraroma kurang sedap yang ditiupkan penulis blog itu, dengan isu hati-hati pada kader jihadi ‘karbitan’. Lontaran seperti ini, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan kecuriagaan antara kader dakwah tauhid dengan kader jihadi. Ungkapan ini muncul kemungkinan penulis blog itu kurang memahami akan peran dan fungsi dari aktivitas dakwah tauhid. Bukankah peran dan fungsi aktivitas dakwah tauhid adalah menyeru umat, agar beribadah hanya kepada Allah saja, yang berhak diibadati, dan umat beramal dengan landasan ilmu syar’i (dalil/hujjah), serta menyadarkan umat dan menyiapkannya untuk mengemban amalan jihad fiesabillah dalam rangka iqomattuddien.
Dengan demikian jelaslah bahwa yang merekrut dan menyiapkan kader-kader jihadi adalah para aktivis dakwah tauhid[6], dan akan tidak mungkin umat menyambut jihad begitu saja, tanpa dakwah terlebih dahulu datang padanya. Dan apabila kita melihat atau menemukan kader dakwah atau kader jihadi yang berperangai dan berahlaq kurang baik, selayaknya kita nasehati dan membinanya menuju pada penyempurnaan iman dan islam, karena kita manusia tempatnya khilaf dan benar. Tidak sepatutnya kita hembuskan hal-hal yang kurang baik, yang akan berdampak merusak keharmonisan ukhuwah umat muslimin.
Ya ikhwani…penulis blog itu dalam catatan yang berikutnya mengimagekan (menjustis-Ed) kami seolah-olah beramal jihad ini tanpa landasan ilmu syar’i, dengan tuduhan bahwa jihad menjadi tujuan kami, dan dia juga menunjukan sikap istihsan dengan ungkapan ajakan jihad kami absurd (kabur), dan pandangan dia merancang mati syahid sama halnya merancang kekalahan. inilah sikap istihsannya si penulis blog itu. Abu Muhammad Ali rahimahullah berkata: “Dan kebenaran itu adalah kebenaran meskipun dianggap buruk oleh manusia, dan kebathilan itu adalah kebathilan meskipun dianggap baik oleh manusia, maka sahlah istihsan adalah syahwat, pengikut hawa nafsu dan kesesatan-kesesatan, dan kepada Allah ta’ala kami berlindung dari kehinaan.” (2/196 dari Il Ihkam fi ushulul ahkam).
Tujuan kami adalah menegakan laa ilaaha illaallah, khilafah islamiyah sebagai sarananya, Rasulallah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda : “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yg berperang menegakan agama Allah, mengalahkan musuh-musuh mereka dan tidak membahayakan mereka orang-orang yg menyelisihi mereka hingga datang hari kiamat atas mereka sedang mereka dalam keadaan demikian“. (HR.Muslim).
Dan Allah ta’ala berfirman: “Dan perangi mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata…” (QS.Al-Anfal:39).
Inilah tujuan kami berjihad fiesabilillah, untuk menegakan kalimat laa ilaaha illaallaah, supaya jangan ada lagi fitnah(kemusyirikan), supaya agama hanya bagi Allah ta’la semata. Adapun jihad sebagai jalan (sarana) dalam pencapaian tujuan yg kami tuju. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
Orang-orang yg beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan thoghut…”(QS.An-Nisa:76).
Bila penulis blog ‘elhakimi’ mengatakan ajakan jihad kami absurd (kabur), sungguh ini adalah pandangan orang yang rabun, yang tidak bisa melihat dengan jelas, matahari yang bersinar terang pada siang hari yang cerah. Jihad kami berlandaskan syar’iat Allah ta’ala, musuh kami siapa saja yang Allah ta’ala dan Rasul-Nya musuhi, sebagaimana yang disyariatkan oleh-Nya. Peperangan kaum muslimin dengan kaum pejajah salibis Yahudi, Israil, Amerika dan sekutunya hampir setiap hari terjadi, korban dipihak kaum muslimin yang sedang terjajah terus berjatuhan, seperti di Palestina, Irak, Afganistan, Somalia dan belahan bumi lainnya. Orang-orang kafir itu memerangi kaum muslimin dengan sandi perang salib, perang melawan terorisme. Fahamkah antum siapa teroris yg mereka maksud…? Sungguh rasa takutmu pada thoghut dan keenggananmu untuk jujur, mengatakan bahwa mereka adalah thoghut yg wajib kita perangi, akan berakibat penyesalan selama-lamanya. Karena disinilah kita realisasikan
al-wala (loyalitas) dan al-baro’ (berlepas diri), sebagai pengamalan laa ilaaha illaallah.
Dan ungkapan penlis dalam blog elhakimi merancang mati syahid adalah merancang kekalahan, hal ini menampakan pada kita bahwa penulis blog itu, telah mengidap virus wahnn[7], karena apa yang dia ungkapkan ini tanpa dasar dalil syar’i. Dan yang jelas ungkapannya ini, bertentangan dengan firman Allah ta’ala:
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira, bahwa orang yg gugur dijalan Allah itu sebenarnya mereka hidup disisi tuhan mereka mendapat rezeki“. (QS.Al-Imron:169)
“…dan barang siapa berperang dijalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan, maka kami akan berikan pahala yg besar kepadanya.”(QS.An-Nisa:74).
“…Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukannya kedalam syurga, sungguh dia memperoleh kemenangan…”(QS.Al-Imran:185).
Mati syahid adalah karunia yg Allah ta’ala berikan pada hamba-hamba-Nya yg sholih (tidak setiap manusia diberikan kemuliaan (syahid) ini hanya orang yang terpilih oleh saja-lah –edt). Dan mati syahid merupakan salah satu kemenangan bagi setiap mujahid, karena setiap mujahid mencita-citakan hidup mulia dengan syari’at Allah ta’ala tegak atau mati syahid atasnya…semoga Allah ta’ala memberikan kesyahidan pada kita semua…
Dan penulis blog itu mengatakan Indonesia bukan wilayah konflik(lahan jihad), dan ungkapannya, apakah pilihan yg bijak untuk menegakan islam disini? Jihad merupakan kewajiban bagi setiap orang yg beriman, sebagaimana Allah subhannahu wa ta’ala berfirman
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS.Al-Baqoroh:216)
 Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”. (surat An-Nisa:75)
Dan fiman-Nya pula:
Sesungguhnya orang-orang yg beriman, hanyalah orang-orang yg beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yg jujur.”(QS.Al-Hujuraat:15).
Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “sesungguhnya orang mukmin itu berjihad dengan pedang dan lisannya.”(HR. Ahmad dll. Shahih al-jami’:1934). Dan ijma para ulama, jihad menjadi fardu ‘ain, apabila musuh menguasai tanah kaum muslimin dan ditawannya salah seorang kaum muslimin oleh musuh(orang kafir).
Dengan demikian masihkan kita bertanya musuh umat islam ini siapa? Siapakah teroris (versi yahudi israel, amrik dan sekutunya) yg mereka perangi? Masih antum belum faham wahai penulis blog ‘elhakimi’?? Katakanlah nahnu irhabiyyun (baca: QS.Al-Anfal:60), yg akan menggorok yahudi dan antek-anteknya yg telah menumpahkan darah-darah kaum muslimin..!! Apakah pilihan yg bijak menegakan Islam disini? Inilah ketidak jujuran penulis blog itu, yg seolah-olah berpihak pada gerakan jihad fiesabilillah, namun disisi lain dia tidak mau mengungkapkan lawan kita sebenarnya siapa? Yg jelas Allah Ta’ala Maha Tahu atas apa yg di dzahir dan yg disembunyikan oleh setiap makhluk-Nya. Dan pertanyaan seperti ini sepatutnya keluar dari mulut, bukan dari kalangan orang muslim, karena kewajaran mereka kalau belum memahami hakikat ajaran islam itu rahmatan lil’alamin.
Kami adalah umat Islam Bangsa Indonesia yg memahami bahwa islam itu rahmatan lil’alamin bukan rahmatan saudi arabia, dan kami menyadari bahwa kewajiban kami sebagai orang beriman berkewajiban menegakan syari’at islam ini, dimana saja kami berada karena islam diturunkan untuk seluruh umat manusia di jagat raya ini. Dan ketika sipenulis blog, beranggapan bahwa indonesia bukan wilayah konflik(lahan jihad), dan apakah pilihan yg bijak menegakan islam disini. Ada 2 permasalah pokok yg mesti dijawab dengan jujur, untuk mendapatkan jawaban yang penulis blok itu lontarkan.
1. Bagaimanakah pandangan islam, terhadap perkawanan (kerjasama) pemerintah RI, dengan bangsa penjajah Amerika dan sekutunya yang kafir? Kaitannya dengan firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman!Janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia (mu), mereka satu sama lain saling melindungi, barang siapa diantara kamu yg menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yg zalim” (QS.Al-Maidah:51).
Bukti dari kerjasamanya mereka, dibukannya hubungan diplomatik, menjalin kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, militer dan pertahanan, keamanan negara, antara mereka. Dan dengan ikut sertanya pemerintah RI, dalam perang melawan teroris (mujahid-Ed) versi Amerika dan sekutunya sebagai bentuk loyalitasnya, maka tidak satupun anak negeri ini yg dijerat UU terorisme selain dari kalangan muslim. Adakah yang dipenjara dalam negeri ini yg beragama lain, selain islam?
[8]
Darah kaum muslimin dinegeri ini telah mereka tumpahkan, masih hangat dibenak kita, bagaimana pembataian muslim Ambon (iedul Fitri berdarah), poso (pesantren dan masjid berdarah), Sambas dan daerah lainnya. Dan pembunuhan dan penangkapan yang hingga kini terus dilakukan densus-88, terhadap para aktivis dakwah tauhid dan mujahid. Masihkan kita katakan ini bukan wilayah konflik…? (lahan jihad), disisi lain kaum muslim satu persatu mereka bunuh, dan yang lainnya mereka penjarakan? Apakah baru akan kita katakan ini wilayah konflik kalau yang mereka bunuh itu ayah, ibu kita, yang mereka penjarakan itu kakak dan adik kita..? Ketahuilah wahai penulis blog, persaudaraan islam itu bukan berlandaskan nasab semata, lebih dari itu, persaudaraan islam dibangun dengan dasar ikatan iman-islam (aqidah tauhid). Konflik telah terbuka, tinggal skala perlawanan besar atau kecil yang akan mempengaruhinya.
2. Kafirkah pemerintah RI ini, ketika tidak memberlakukan syari’at islam dalam menjalankan roda pemerintahannya, dengan mereka menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan..?
Contohnya mereka melegalkan perzinaan dengan melokalisasinya, dan membolehkan homer (miras) diproduksi demi sebuah devisa, padahal Allah telah mengharamkannya. Dan mereka melarang jihad kepada kaum muslim untuk membela saudaranya, padahal Allah telah memerintahkannya, dst.
Jujurlah dalam penilaian ini, karena disinilah akan membedakan letak pembelaan kita, berdiri dibarisan pembela agama Allah atau berdiri pada pihak thoghut..
Allah ta’ala berfirman:
“…Barang siapa tidak memutuskan perkara dengan apa yg telah diturunkan Allah, maka mereka itu orang-orang kafir“. (QS.Al-Maidah:44).
Dan apabila jawaban kita sama dengan ayat ini, dalam menilai pemerintah RI, maka serulah dan amalkan firman-Nya ini:
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir disekitarmu itu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas dari kamu“. (QS.At-taubah:123). Dan firman-Nya: “Maka janganlah kamu menta’ati orang-orang kafir, dan jihadilah mereka itu dengan Al-qur’an dengan jihad yang besa.” (QS.Al-furqon:52).
Dan Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jihadilah orang-orang musyirik itu dengan harta kalian, jiwa kalian, dengan tangan kalian dan lisan kalian” (HR. An-Nasai dll, shahih An-Nasai: 2900)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Siapa yang meninggalkan aturan baku, yang diturunkan kepada Muhammad Ibnu Abdullah penutup para Nabi, dan justru dia merujuk kepada aturan-aturan (hukum) yang sudah di nasakh( hapus) maka dia kafir. Apa gerangan dengan orang yang merujuk hukum ilyasa (yasiq) dan lebih mendahulukannya dari pada aturan Muhammad maka dia kafir dengan ijma kaum muslimin” (Al-Bidayah:13/119). Inilah ulama salaf yang telah mengkafirkan pemerintah yang tidak berhukum dengan syari’at islam.. masihkah kita bisu akan kekafiran negeri ini…? Hati-hatilah dengan kekafiran, barang siapa tidak mengkafirkan yang sudah jelas kekafirannya maka dia kafir…(hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab-Ed)
Wahai penulis blog ‘elhakimi’ orang yang bijak itu orang yang jujur dan konsisten terhadap apa yang dia janjikan dengan tuhannya. Dan dia tak akan pernah bertekuk lutut pada penguasa kafir, apalagi menjadi penjilat, dia tidak akan membiarkan saudaranya dizalimi oleh orang-orang kafir, dia bangkit membelanya. Orang yang bijak dia akan selalu berupaya pada suatu perubahan yang diharapkan agama dan umatnya. Dia akan memahami, bahwa perubahan yang dinantikan dalam realita umat, tidak mungkin bisa diwujudkan hanya dengan harapan, janji-janji, membuat teori kepastian menang dan kejayaan secara teoritis saja, lebih dari itu, memerlukan amalan nyata (praktek) dan tulus didalam berteori. Karena dia fahan bahwa umat ini, tidak lagi mengekor, dibelakang orang-orang yang hanya pandai berkoar…
Ya ikhwani…ketika kita mengobarkan semangat jihad dan mengamalkannya, dalam rangka menegakan kalimat laa ilaaha illaallaah dan memerangi musuh-musuh islam, dikatakan bagaikan hidup diplanet lain (seolah-olah tidak layak hidup di bumi)[9], dan dituduh berpenyakit autis, apakah ungkapan seperti ini, muncul dari orang yg mendasarkan pada rasa cinta atau kebencian..?[10] Yang jelas kita semua punya penilaian, dan hanya dari golongan kuam munafiq (kafirin), orang yang membenci amalan jihad..!! Apakah layak kita katakan kepada penulis blog ‘elhakimi’ sebagai orang idiot dan mengidap penyakit epilepsi (ayan), tanpa terlebih dahulu bertabayyun dan mendiagnosa yang bersangkutan..?! Ya ikhwani… inilah ujian kita, Islam yang awal mulanya asing, akan kembali asing sebagaimana permulaannya datang. Orang yang hanya pandai menyalahkan, dan mencaci maki untuk menutupi rasa takutnya kepada thoghut, itulah sikap asli kaum munafiqin, sebagaimana yang Allah subhannahu wata’ala firmankan:
Mereka kikir terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya) kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata terbolak-balik, seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedangkan mereka kikir untuk berbuat kebaikan, mereka itu tidak beriman, maka Allah hapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.”(QS.Al-ahzab:19)
Coba cernalah secara baik-baik ayat ini, agar kita lebih hati-hati dalam menilai mujahidin…
Dan kami ucapkan jazakallah khoiron, pada ikhwah yang telah memberikan nasehat dan saran dengan tulus, karena hal inilah yang kami butuhkan, bukan cacian, atau kata-kata hanya untuk menyalahkan. Sungguh nasehat dan saran, sangat berguna bagi kami , untuk beramal islam kearah yg lebih baik. Mudah2an Allah ta’ala menyatukan kita dalam barisan orang-orang yg sholih, yang berdakwah dan berjihad fiesabilillah, serta menghimpunkan kita dalam jannah-Nya… amiin….
Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah, menasehi pada kita dengan ungkapannya: “Sesungguhnya dien ini tidak akan dapat dipahami kecuali oleh orang-orang yang berjihad untuk merealisasikan secara nyata di bumi, dan orang-orang yang menghabiskan waktunya diantara lembaran kitab dan fiqih, tidak mungkin dapat memahami tabiat dien ini kecuali mereka berjihad untuk membelanya. Dien ini tidak dapat difahami rahasia-rahasianya oleh orang faqih yang hanya duduk-duduk, karena fiqih itu tidak diambil kesimpulannya kecuali dari perjalanan kehidupan berharakah bersama dien ini di alam realita”.

Demikianlah sementara tanggapan yang kami berikan, mudah-mudahan bermanfaat, untuk kita beramal shalih, semoga Allah ta’ala memberikan kemengan pada mujahidin fiesabilillah, dan membebaskan mereka yang di tawan thoghut…
Ya Allah hancurkan thoghut Amerika dan sekutunya, hancurkanlah persatuan mereka…
ya Allah sungguh Engkau Maha mengetahui bahwa hati-hati ini, telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadaMu, bertemu untuk ta’at kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru (dijalan) Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’atMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliaannya…
Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalan dan penuhilah dengan cahayaMu, yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepadaMu, hidupkanlah dengan ma’rifatMu dan matikanlah dalam keadaan syahid dijalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong…amiin…
Wasalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…
NB: Tulisan ini masih berlanjut insya Allah
[1] Selayaknya komentator bola, pemai yang berkeringat dan berjuang tapi oleh komentator dianggap bodoh lantaran hanya sekali tidak bisa membobol gawang padahal masih ada waktu.(Ed-)
[2] Ini berawal ketidak pahaman dia akan fardhu ‘ainnya jihad dan tidak mengertinya tentang jihad global yang sedang bergulir (Ed-)
[3] Antara lain yang sering dijuluki tanpa dasar syar’I yaitu takfiry dan khwarij itulah yang dialami ust kita almasjun Abu Sulaiman (Ed-)
[4] Ada diantara oknum mereka yang mendapatkan jatah haji dari penguasa ini-Na’udzubillah
[5] Mengkafirkan secara personal siapa saja yang bersumpah dan berkerja untuk kekafiran di negera ini (NKRI) tanpa pandang bulu (Ed-)
[6] Da’wah tauhid tidak menugkin bergulir dan mengalir pada jiwa2 ummat ini tanpa disertai takfir mu’ayyan begitupun jihad tak akan berjalan jika mentoringnya adalah oknum2 anti takfier mu’ayyan. Jika TM=Takfir Mu’ayyan diteledorkan lalu siapa yang akan kalian perangi wahai oknum…?
[7] Wahnn yaitu takut mati dan cinta dunia, jika yang memangku AK47 untuk jihad fisabilillah dan tujuan mereka hanya mati syahid atau hidup mulia lalu kenapa kita yang sewot bahkan berani berkomentar sinis tanda tak mampu…? Jika mati syahid adalah kemenagan tersendiri lalu kenapa kalian katakan ini sebagai kegagalan…? Ada apa dengan kalian padahal kalian hafal ayat bahwa syahid adalah jalan yang paling cepat menuju kemenangan (surga)…?
[8] Maksudnya dalam kasus terorisme, padahal di NKRI ini ada banyak salibis yang haus darah sebut saja OPM, RMS dan Satuan pendeta yang kerja sama dengan pasukan kalelawar Tibo Cs membantai, memperkosa dan mengusir kaum muslimin dalam kasus Poso, apa mereka dibilang teroris…? (-Ed).
[9] Hamba Allah yang shaleh karena tauhid dan jihadnya lebih layak menghuni bumi ini, bukankah Allah berfirman: “Sesungguhnya bumi ini hanya diwariskan kepada hamba-hambaku yang shaleh”.(-Ed)

[10] Awalnya mujahid husnudzhon kepada penulis itu tapi dia tidak bisa menjaga amanah tausiahnya sebagai seorang pembimbang sekaligus korektor ilmiah yang berjiwa mujahid. (-Ed)

 

 

 

 

 









 

 

Tikaman terhadap Jihad fii Sabilillaah





 


Tikaman terhadap Jihad fii Sabilillaah

Perang tak hanya melibatkan dua pasukan berseragam militer bersenjata tempur yang saling berhadapan. Lebih dari itu, suatu peperangan memiliki dimensi yang lebih luas, menembus batas wilayah konflik. Sisi lain dari sebuah peperangan tersebut adalah opini, perang opini. Begitu hebatnya sebuah perang opini dilancarkan, sehingga al-Haq akan menjadi kabur di mata mereka yang tidak mempunyai kacamata yang benar dalam memandang. Sebaliknya, kebatilan akan dianggap sebagai suatu solusi bagi sebuah permasalahan.
Adalah al-Jihad fii Sabilillaah, sebuah nama yang selalu diperebutkan dalam pertarungan opini oleh beberapa kelompok manusia. Kelompok pertama, terdiri dari kaum muslimin yang memahami betul seluk-beluk Dienul Islam, sekaligus berusaha mengamalkan setiap perintah yang ada didalamnya. Atas nikmat Allah, mereka dapat melakukan semuanya itu. Kelompok ini merujuk kepada sumber yang benar (Al-Qur`an dan as-Sunnah) yang mengatakan bahwa al-Jihad fii Sabilillaah adalah perang melawan orang-orang kafir. Sementara kelompok kedua terdiri dari sekian banyak kepentingan pribadi atau golongan, ditambah dengan kebodohan. Mereka, kebalikan kelompok pertama, selalu menafikan kewajiban memerangi orang-orang kafir. Tentu dengan sekian macam dalih dan pertimbangan yang jauh dari bimbingan wahyu Allah. Target utama perang kedua kelompok tersebut satu : ummat Islam. Sama-sama ingin meraih dominasi opini umat Islam terhadap makna al-Jihad fii Sabilillaah.
Sementara perang opini berlangsung, perang fisik pun terus berkecamuk. Pada saat yang bersamaan, sebagian kaum Muslimin ~atas rahmat Allah ta`ala~ mulai menemukan titik terang sebuah kebenaran. Pemahaman sebagian ummat Islam tentang makna al-Jihad fii Sabilillah berangkat menuju sebuah titik kebenaran. Hal tersebut berjalan seiring dengan tumbuhnya kebutuhan masyarakat akan seubah tatanan kehidupan yang mampu memberikan jawaban atas seabrek permasalahan kehidupan manusia. Muncullah nama : Syari`at Islamiyah. Selanjutnya, berkembang menjadi wacana yang terus bergulir di tengah-tengah masyarakat, baik yang pro maupun kontra. Suatu gejala yang sebelumnya amat tabu untuk diadakan. Namun, benarkah semua gejala tersebut membawa suatu efek positif yang jelas terhadap Islam ? Pertanyaan ini kemudian memunculkan kebutuhan akan koreksi dari semua perkembangan yang ada, terutama dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan jihad dan atau penegakan syari`at Islamiyah.
Ternyata terdapat sekian penyelewengan terhadap makna jihad dan tujuan penegakan syari`at Islamiyah, yang justru diusung oleh tokoh atau organisasi Islam yang mendengung-dengungkan kedua istilah tadi. Penyelewengan tersebut berujung kepada sebuah tindakan yang sebenarnya sungguh amat keji: tikaman terhadap jihad. Berikut ini gambaran beberapa fakta yang disadari atau tidak adalah sebuah tikaman terhadap Jihad fii Sabilillah.
1.
Tidak Ada Jihad Tanpa Khalifah
Sebagian kaum muslimin yang rindu tegaknya syari`at Islamiyah memandang kedudukan Khilafah Islamiyah (sentral kekuasaan Islam sedunia) sebagai tuntunan mutlak, dan menganggapnya sebuah satu-satunya solusi atas pelbagai problem ummat ini. Mereka menganggap titik tolak (starting point) seluruh kegiatan ummat ini adalah Khilafah tersebut. “Khilafah dulu.. baru yang lain”, prinsipnya. Ini kemudian berkembang kepada prinsip lain, “Khilafah dulu.. baru kemudian berjihad”.
Memang benar, wujud Khilafah Islamiyah adalah payung yang melindungi seluruh ummat Islam di dunia, membereskan segala tetek-bengek persoalan yang dihadapinya. Tetapi, sebuah pertanyaan besar berselip pada pemahaman ini. “Dari mana datangnya khilafah?”. Apalagi kalau kedudukan jihad dikesampingkan, menunggu tegaknya khilafah tersebut. Ini mengandung konsekuensi, khilafah yang nantinya akan berdiri tidak dibangun melalui proses Jihad fii Sabilillah. Bila khilafah identik dengan kekuasaan politik, maka ada beberapa cara yang bisa ditempuh selain Jihad fii Sabilillah. Tetapi harap diingat, seluruh cara tersebut adalah sia-sia, kalau tidak sampai pada kebatilan.
Dakwah dan demokrasi adalah contohnya. Dakwah memang mutlak sebagai sebuah kewajiban, di samping menjadi strategi dalam pendirian khilafah atau penegakan syariat Islamiyah. Tetapi dakwah harus dikawal oleh Jihad fii SAbilillah. Sehingga ketika dihadapkan kepada kekuasaan yang menentangnya, para da`i sanggup “berbicara”. Sementara demokrasi, adalah contoh dari sebuah kebatilan. Sudah banyak telaah dan kajian yang menyebar di kalangan kita tentang hal ini.
Tidak ada Jihad tanpa Tarbiyah
“Luruskan pemahaman tentang dienul Islam, baru berjihad. Bagaimana bisa berjihad, kalau Islamnya saja tidak betul.”

Kalimat-kalimat di atas adalah pisau beracun yang mempunyai dua mata. Mata pertama
mengakibatkan urungnya seseorang menjalankan kewajiban Jihad fii Sabilillah. Sementara mata kedua memisahkan antara Jihad dan Islam itu sendiri. Padahal dua hal tadi adalah sebuah kesatuan yang tak terpisah.
Mereka yang mempunyai pemahaman ini adalah orang-orang yang lalai. Lalai dan lupa bahwa sesungguhnya takaran akhir dari benar tidaknya Islam seseorang adalah pelaksanaan Jihad fii Sabilillaah. Tanpa jihad, kesempurnaan Islam masih berupa tanda tanya besar. Adalah
Rasulullah Salallaahu `alaihi wassalam menjadikan Jihad fii SAbilillaah sebagai puncak dari urusan dien ini. Beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang tidak pernah berperang, dan tidak pernah pula menginginkan untuk perang, maka orang tersebut mati dalam keadaan jahiliyyah”
Justru dua sifat yang disindir oleh Rasulullaah adalah lambang kebodohan. Seseorang tokoh populer dalam dunia Jihad, Dr. Abdullah Azzam Rahimahullah menandaskan bahwa sebaik-baik tarbiyah adalah parit-parit jihad.Sibuk mentarbiyah diri dengan buku-buku dan kajian-kajian serta seminar hanya akan melumpuhkan potensi seorang Muslim, menjadikan hatinya keras dan mempertinggi potensi konflik.
Memang benar, buku dan wasilah lain di atas adalah sarana untuk memahamkan seorang awam terhadap Islam. Tetapi perkataan DR. Abdullah Azzam rahimahullah di atas adalah sebagai reaksi atas munculnya fenomena sekelompok orang Islam yang mendakwahkan dirinya sebagai faqih, lulusan universitas ini dan itu, lalu menilai sebuah jihad yang dilakukan ummat Islam tidak sah, tanpa mau turun langsung ke medan jihad.
Di sisi lain, perkataan DR. Abdullaah Azzam rahimahullah tersebut memperingatkan kepada kita agar jangan menyibukkan diri dengan telaah tentang islam tanpa ada usaha untuk mengamalkan Islam itu sendiri.
Kembali kepada mereka yang berpaham “tak ada jihad tanpa tarbiyah”. Di antara mereka ada yang
mengkhawatirkan keabsahan seseorang yang pergi berjihad sebelum pemahaman Islamnya sempurna, akan berdampak batil-lah jihad yang dilakukan. Ini adalah kekhawatiran palsu yang dipakai untuk menutupi keengganan mereka berjihad. Mestinya, mereka juga khawatir akan sia-sianya ibadah haji yang dilakukan seseorang tanpa tahu benar tata cara ibadah haji yang dilakukannya. Bahkan sebagian jama`ah haji negeri ini berangkat dengan bekal yang tidak benar, semisal meminta izin kepada Wali Songo dan orang-orang yang sudah mati, meratap di makam Rasulullaah dan berbagai penyimpangan lain. Mengapa ini tak pernah solusi?
Intinya,
minimnya pemahaman seseorang tidak menggugurkan kewajibannya melakukan jihad. Bukankah Rasulullah pernah mengijinkan seorang yang baru saja masuk Islam dengan mengucapkan syahadat untuk pergi berperang? Ketika orang tersebut syahid, Rasulullah berkomentar. “Ia beramal sedikit, tetapi diberi ganjaran banyak.”
Mencela Mujahidin, Nama Ja`far Umar Thalib tentu masih hangat dalam ingatan kita. Oleh beberapa kalangan tertentu ummat ini, nama Ja`far begitu agung dan ditokohkan sebagai panglima (laskar) jihad. Tetapi Ja`far pernah melakukan tindakan tercela yang juga menikam jihad itu sendiri. Dalam mengomentari Usamah bin Ladin, ia menilai Usamah sebagai seseorang bodoh, beraqidah khawarij, bahkan seorang agen CIA. Naudzubillah… sebuah celaan yang amat besar terhadap seorang tokoh Mujahidin.
Bagaimana mungkin seseroang Usamah bin ladin yang menjadi buronan nomor satu Amerika (lambang utama musuh Islam) dinilai sebagai bodoh dan tak berilmu oleh seseorang yang tidak pernah berkecimpung dalam parit jihad ? Kalaupun “berjihad”. dalam konteks yang keliru: memberangus RMS, membela kedaulatan NKRI. Ulama` mana yang berani mengatakan membela NKRI sebagai sebuah jihad ?
Sedikit apapun dampak negatif ucapan Ja`far terhadap penilaian ummat Islam terhadap Usamah bin Ladin, tetap mengandung tikaman terhadap Jihad fii Sabilillah.
Ja`far tidak sendirian. Masih ada sederet nama tokoh Islam yang mencela pemimpin Mujahidin, entah Usamah bin Ladin, Syaikh Ahmad Yassin, Mulla Muhammad Umar atau yang lainnya. Memang mereka bukan orang-orang maksum yang terbebas dari kekurangan dan kesalahan. Tetapi apakah kemudian mencaci mereka adalah tindakan yang dianggap sah sebagai “nasehat” atau “islah” ? Alih-alih sebuah nasehat, cacian tersebut malah menjadi amunisi gratis bagi musuh-musuh Islam, untuk terus mengkerdilkan Jihad fii Sabilillah.
Memilah-milah Tempat Jihad. Meletupnya titik-titik jihad, semisal di Chechnya, Afghanistan dan Palestina, bila kita tidak hati-hati dalam mensikapinya, akan membuat hati kita lebih condong ke salah satunya. Seperti menganggap jihad di Chechnya lebih baik daripada di Afghan dan Palestina, dengan alasan media publikasi Mujahidin Chechnya lebih baik. Atau menganggap jihad di Afghan lebih hebat daripada di Palestina. Atau di Palestina lebih afdhal, karena ada motivasi membela al-Aqsha.
Gejala ini muncul bukan dari seorang Muslim yang telah siap perbekalannya untuk berangkat ke medan jihad, lalu memilih medan mana yang paling seru berkecamuk sehingga kemungkinan syahid lebih besar. Tetapi muncul dari kalangan masyarakat kita yang tidak lebih dari sekedar “pemirsa”. Disadari atau tidak, kebiasaan para pemirsa yang menganggap jihad di satu tempat lebih mulia dari tempat lain, adalah tindakan tikaman terhadap jihad itu sendiri.
Awalnya mungkin berupa gejala simpati yang lebih besar terhadap jihad di tempat A daripada B. Lalu muncul sikap meremehkan jihad di bumi B. Tahapan ini kalau tidak segera diatasi akan mengakibatkannya memandang jihad di bumi B bukanlah jihad. Padahal kenyataannya, baik di bumi A maupun B, sama-sama sebuah peperangan melawan orang-orang kafir, demi tegaknya dienul Islam. Inilah sikap yang harus diwasapdai oleh setiap “pemirsa” jihad.
Tegakkan Syariat Tanpa Jihad. Di negeri ini, perubahan peta politik yang demikian drastis membuat sesuatu yang dulunya tabu menjadi sebuah tuntutan. Syariat islamiyah, misalnya. Dewasa ini bermunculan pribadi atau institusi yang menuntut diberlakukannya syariat Islamiyah. Tuntutan ini semakin kuat, dengan digulirkannya kebijakan otonomi daerah (otda).
Bila tuntutan pemberlakuan syariat Islamiyah di bawah payung otda dijadikan sebagai titik akhir usaha pemberlakuan syariat Islamiyah, adalah sebuah kekeliruan besar. Titik kekeliruannya adalah menjadikan Islam sebagai sebuah sub sistem dari sistem utama di negeri ini: Pancasila. Pola perjuangan semacam ini ibarat menegakkan benang basah. Sebab, dengan posisi semacam itu, hanya syariat Islam yang tidak melanggar Pancasila saja yang boleh dilakukan. Kalau begitu, sama saja dengan sebelum adanya ribut-ribut otda. Padahal syariat islam akan menjalankan fungsinya sebagai rahmatan lil `alamin bila ia berdiri paling tinggi di atas sistem-sistem kehidupan lainnya. Sistem-sistem yang ada dibawahnya pun harus tidak bertentangan dengan sistem Islam.
Pertanyaan penting yang harus dijawab oleh pengusung ide syariat Islamiyah, adalah bagaimana menegakkan syariat Islamiyah itu ? Kalau terpulang kepada tata-cara selain Jihad fii Sabilillah, jangan-jangan kita terperosok ke dalam tipologi kekafiran: mengimani sebagian isi al-Qur`an dan mengkufuri sebagian lainnya. Merindukan tegaknya syariat Islamiyah, setelah mencampakkan Jihad fii Sabilillaah dari induk besar syariat Islamiyah. Lalu, syariat Islam macam mana yang bakal tegak ?
Celakanya, gejala ini pun menghinggapi sebagian para penuntut pemberlakuan syariat Islamiyah. Ketika diajak bicara indahnya syariat Islamiyah, mereka sangat getol. Tetapi ketika pembicaraan menyangkut jihad sebagai upaya pemberlakuan syariat, mereka sangat gatal.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai sebuah introspeksi atas maraknya gelora jihad dan tuntutan pemberlakuan syariat Islamiyah. Semoga menjadi sumbangan yang konstruktif bagi perjalanan perjuangan menegakkan `izzul Islam wal Muslimin.
Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Pengikut